insecure

bxb; juyeon x changmin CONTENTS: banyak kata kasar, bruise, scars, physical abused, kissing, agak nsfw, minor anxious, dan juga mention of; fighting, bullying, verbal abused, blood


Juyeon sampai di base camp setidaknya nyaris satu jam setelah menerima dua pesan panik dari Younghoon. Ia tidak berbohong saat berkata jika ia memiliki urusan yang tidak bisa ditinggal saat itu. Pertanyaan mengapa pacarnya menangis pun terus memenuhi pikirannya selama ia mengerjakan urusannya, membuatnya sedikit tidak fokus.

“Changmin mana?” Juyeon bertanya saat melangkah masuk ke dalam base camp pada Kevin dan Younghoo yang tengah menonton film yang terputar pada layar televisi. Plastik kresek berlogo minimarket ditaruhnya di atas meja di hadapan sofa yang ditempati dua pasangan itu. Younghoon menunjuk pintu di pojok ruangan, “Sana samperin, lo telat sejam sat, udah tidur kali dia.” ketusnya dengan tatapan sinis.

Juyeon sedikit tertawa, “Kan tadi gue bilang, urusan gue gak bisa ditinggal. Udah diobatin?” jelas Juyeon mengenai keadaannya tadi, lalu kepalanya ikut mengangguk mendapatkan respon anggukan dari Kevin. “Dia gak cerita apa-apa sama gue.” Kevin menuturkan sebelum Juyeon kembali bertanya.

Acungan jempol Juyeon tunjukan pada Kevin sebelum menghilang di balik pintu. Indera pengelihatan Juyeon dapat menangkap tubuh yang sudah ia hapal dengan pasti menidurkan kepalanya di atas meja, pergerakan bahunya nampak naik dan turun dengan teratur, tebakan Younghoon benar —pacarnya sudah tertidur. Ia melangkahkan kakinya dengan hati-hati takut membangunkan yang terlelap. Juyeon mengangkat badan ramping Changmin pada gendongannya dan memindahkannya pada sofa bed yang ada ruangan itu.

Ibu jarinya mengusap lembut pipi gembil yang terhias memar dan goresan memerah yang sudah dibersihkan dan diobati. Dirinya ikut berbaring di samping pacar kecilnya, menyelimutinya dengan rengkuhan hangatnya. Tangan kelewat besarnya beralih menuju puncak kepala pacarnya, mengusapinya dengan kasih sayang yang hanya ia tunjukan jika sedang berdua saja.

Tawa kecil lolos dari bibirnya saat kepala si kecil bergerak menenggelamkan kepalanya dan mengusak di dadanya. “Kata Younghoon lo nangis, kenapa?” ia bertanya pelan mengetahui kekasihnya sebenarnya sudah terbangun. Pipi Changmin dicubitnya gemas ketika rungunya mendengar gerutuan lirih Younghoon anjing cepu banget keluar dari mulut kecilnya. “Kasar banget mulut lo, mau gue cium?”

“ADUH! Sakit bangsat!” Juyeon mengaduh disertai umpatan kasar sebab Changmin baru saja melayangkan tinju pada bagian atas lengannya. “TUH! Lo lebih kasar!” sulutnya dengan tatapan tajam dan bibir yang cemberut.

Juyeon mendelik lalu menarik kasar tenguk Changmin guna membawa keduanya dalam pagutan panas, sedikit tidak peduli dengan luka-luka yang di derita pacarnya. Ringisan kesakitan lolos dari mulut Changmin, bibirnya kembali berdarah akibat lumatan kasar Juyeon. Hati Juyeon berdenyut sakit bersitatap dengan kelereng Changmin yang berlapis kristal bening.

Tangannya menarik lembut pergelangan tangan Changmin yang hendak beranjak pergi, membuat tubuh kecil itu jatuh tepat di pangkuannya. Lengannya merengkuh pinggang ramping Changmin kini penuh kehati-hatian, “Maaf.” bisik Juyeon tepat di ceruk leher Changmin, memberikan kecupan-kecupan halus pada bahu Changmin.

Lelaki november itu masih enggan untuk membalas pelukannya, masih marah dengan tingkah pacarnya. “Lo bilang khawatir tapi kelakuan lo kayak gini ke gue, gimana gue mau percaya.” desisnya sarat akan kekesalan.

“Iya maaf gue salah. Tapi lo juga salah udah nonjok gue, sakit Ji.” jelas Juyeon dengan wajah yang mengaku bersalah. Tatapan Changmin melembut, ia mengusap-usap daerah tempat sasaran tinjunya tadi serta membubuhkan kecupan kecil di sana, membuat Juyeon tersenyum senang. “Jadi, lo nangis karena gue bilang gue khawatir sama lo?” tebakan Juyeon mendapat satu anggukan lirih dari Changmin.

“Selama ini gue kira lo gak sayang sama gue, jadi ya gitu..” akunya dengan kepala tertunduk, mengakui pikiran negatif yang selalu menghantuinya sejak lama.

Kepala Changmin dibawanya untuk bertemu jidat dengannya, kedua pasang mata mereka bersitatap hangat. “I do care about you, Ji. Cuma caranya aja yang agak beda. Jangan raguin gue ya? I do love you babe.” tutur Juyeon mencoba menyakinkan pacarnya akan perasaannya disertai kecupan ringan pada hidung mancung Changmin.

“Aduh masa ketua geng cengeng begini.” ledek Juyeon dengan tawa kecilnya melihat air mata kembali mengalir di kedua pipi Changmin. Ibu jarinya mengusap linangan air mata itu dengan hati-hati. Tubuhnya menegang sesaat, ketika Changmin kembali menyatukan bibir keduanya dalam ciuman yang kali ini terasa lembut dan ringan.

Kecupan-kecupan lembut itu perlahan berganti dengan lumatan pelan penuh kehati-hatian agar tidak memperparah luka yang ada di bibir Changmin. Napas keduanya terengah setelah mereka menjauhkan diri, “Sayang Juyo. Sayang banget.” cicitnya disela-sela hembusan napasnya yang masih terbata.

Juyeon tersenyum lebar mendengarnya, membuatnya kembali mencumbui kekasihnya. Ciumannya tak hanya pada bibir kenyal Changmin, namun perlahan bergerak ke leher serta dadanya, menciptakan deru napas terengah yang bercampur dengan lenguhan sesekali muncul bersamaan dengan sesapan kuat pada tulang selangka serta tonjolan kecil di dadanya. “Mau lanjut bikin live sex tapenya?” tanya Juyeon setelah menghentikan aktivitasnya dalam memberikan stimulasi pada tubuh Changmin.

Bet we gonna have sex together later.” balas Changmin yang mengerti maksud dari pertanyaan pacarnya. Juyeon mengangguk menyetujui perkataan Changmin, jika mereka melakukan seks kemungkinan yang ada di luar —Younghoon dan Kevin pun pasti akan melakukan hal yang sama.

“Jadi, lanjut?” Changmin mengangguki ajuan tanya dari Juyeon. “Okay, tapi abis ini lo harus cerita soal muka bonyok lo ini.” Juyeon berucap final yang tidak bisa diganggu gugat.

Changmin mengangguk, “Iya ih, nanti gue cerita. Ayo cepet, gue kangen lo di dalem.” ketusnya menarik wajah Juyeon untuk mencumbunya lagi. Cumbuan itu membawa mereka ke dalam aktivitas panas yang disusul dengan lenguhan serta desahan yang bersaut-sautan juga dari luar.


Juyeon terbangun dari tidurnya selepas melakukan hubungan badan tadi sore dengan pacarnya. Changmin masih terlelap di dalam pelukanya, menggunakan satu lengannya sebagai bantal, dan meringkuk seperti bayi dalam kandungan. Lengannya yang terbebas meraba sekitar mencari ponselnya. Matanya menyipit silau belum terbiasa dengan sinar yamg berasal dari ponsel pintarnya.

Ia berusaha menarik lengannya dengan perlahan agar tidak membangunkan pacarnya yang sepertinya masih kelelahan. “Bobok dulu aja yang lama, aku mau nyari makan dulu buat kamu, love you.” bisiknya diiringi dengan kecupan lembut di kening Changmin sebelum beranjak keluar dari ruangan khusus tersebut.

“Cepet amat lo berdua udah bersih aja.” komennya melihat keadaan ruang tengah base camp yang terlihat rapi-rapi saja, padahal ia yakin seratus persen mendengar suara-suara birahi Kevin dan Younghoon. Kevin yang tengah mengunyah pizzanya menatap sinis teman sebayanya ini, “Gue sama Kak Hoon kalo di sini selalu main aman.” ujarnya masih agak sensi sebab teringat bahwa Changmin yang notabennya adalah teman dekatnya menangis karena lelaki yang menjadi lawan bicaranya ini.

Juyeon mengangguk paham, “Kev, jangan sensi mulu napa sama gue, temen lo aman kok.” rengeknya sedikit kurang nyaman mendapatkan tatapan sinis dari sahabat kekasihnya. Kevin hanya membalas dengan dengusan lelah yang membuat Juyeon memunculkan cengirannya. “Oh iya, ada lebihan makanan gak? Buat Changmin.” tanyanya melihat Kevin dan Younghoon tengah menyantap ayam goreng bumbu dan beberapa loyang pizza.

“Ada, ambil aja di dapur, gue beli banyak tadi, soalnya anak-anak katanya mau ke sini juga.” kata Younghoon menunjuk beberapa kotak pizza dan ayam goreng yang bertumpuk di atas meja pantry. “Thanks, gue ambil satu satu ya, dan tolong bilangin jangan ada yang masuk ke ruangannya Changmin dulu.” ucap Juyeon mengambil satu kotak ayam goreng dan satu kotak pizza. “Siapa juga yang mau masuk anjing, bau sperma.” decak Kevin sebal dan dibalas tawa puas dari Juyeon sebelum masuk ke dalam ruangan Changmin.

Juyeon menata kotak-kotak makanan di atas meja, tidak menyadari jika kekasihnya sudah terbangun dari tidurnya. “Ju..” mendengar namanya dipanggil membuat kepalanya menoleh dan mendapati kekasihnya menguap sambil mengucek matanya. “Cuci muka sana, masih kuat jalan kan? Abis itu kita makan, baru ngobrol.” titahnya lembut mengusapi surai legam Changmin.

Changmin menuruti perkataan Juyeon, ia bangun lalu berjalan menuju kamar mandi meski dengan perlahan untuk membasuh wajahnya. Sekembalinya ia mendudukan diri di atas pangkuan Juyeon yang duduk bersila di lantai berlapis karpet, menyandarkan punggungnya pada dada bidang Juyeon, rasa lelahnya masih belum hilang sepenuhnya. Juyeon senang-senang saja ditempeli begini oleh pacar kecilnya. Satu lengannya memeluk perut rata Changmin, sedangkan tangan satunya ia gunakan untuk makan dan sesekali menyuapi Changmin.

“Penggemar lo rese,” ujarnya pelan setelah makanan mereka habis setengahnya. Juyeon diam tak menanggapi, namun mendengarkan dengan seksama. “Gue jelek banget ya?” Changmin menolehkan wajahnya guna menatap Juyeon.

Gelengan yang didapat Changmin, “Mereka bilang lo jelek?” tanggap Juyeon yang langsung dibalas dengan anggukan. Juyeon menghela napas berat, “Beberapa jam yang lalu gue baru aja muji lo cakep pas lagi ngeseks, jadi perkataan mereka invalid.” Juyeon berkata enteng sekali sembari mengunyah potongan pizzanya.

Changmin menatapnya sinis, malas melanjutkan ceritanya jika Juyeon menanggapinya seperti itu. Juyeon terkekeh, “Gue serius sayang. Bagi gue, lo tuh cakep banget. Mau lo lagi marah, sedih, sange atau lagi beler sekalipun tetep cakep kok. Mereka bilang apa lagi? Lo gak mungkin emosi begitu aja kalau cuma dibilang jelek doang.” ujar Juyeon sambil mengusapi perut berotot samar milik Changmin.

They said you never love me, never care about me, and you will leave me, alone..” cicit Changmin dengan pandangan kosong menerawang ke depan entah pikirannya kemana. Juyeon bisa melihat kerapuhan dan kesedihan mendalam yang terpancar dari kelereng coklat Changmin. Potongan ayam yang ada di tangannya ia taruh kembali ke dalam kotak, lalu ia mengelap tangannya dengan tisu basah.

Kedua lengannya merengkuh erat pinggang ramping Changmin, dan memberikan usapan-usapan lembut pada perut berotot samar itu. Bibirnya menghujami leher, bahu serta punggung Changmin dengan kecupan-kecupan ringan, memberikan afeksi. “Kamu bales apa ke mereka?” tanyanya pelan, mencari tahu reaksi pacarnya itu.

Changmin menggeleng, “Aku gak berani bales apapun, pikiranku kacau, takut..” Changmin kembali mencicit. “I never imagined to lose you..” Juyeon merasakan napasnya ikut tercekat mendengar penuturan lirih pacarnya ini.

Kecupan di bibir ia berikan untuk mengembalikan kesadaran Changmin. “Itu alasan kamu luka-luka gini? Karena kamu sama sekali gak melawan?” pertanyaan Juyeon kembali mendapat anggukan dari Changmin. “Mereka semua cewe, aku gak mau nyari masalah baru.”

Juyeon mengusap kepala Changmin lembut, “Gapapa, kamu keren. Tapi lain kali menghindar ya, aku gak suka liat kamu bonyok sendirian kayak gini.” ucap Juyeon dengan tatapan penuh kekhawatiran mengusap pelan memar di pipinya.

Changmin mengangguk patuh, ia membalikan posisi tubuhnya, memeluk badan Juyeon dengan kedua kakinya. “Stay here.” bisiknya dengan kening yang bersentuhan satu sama lain. “I have no reason to leave you, babe.” balas Juyeon penuh keyakinan.

Lagi, keduanya bercumbu hangat, meluapkan perasaan sayang untuk satu sama lain. Yang sudah dipastikan membawa mereka kembali pada kegiatan panas untuk kedua kalinya hari itu.


♡爱, Nov 13th, 2021.